Jurnal News Site Kabupaten Cirebon // - Beberapa Keluarga Penerima Manfaat ( KPM ) Bantuan Sosial Tunai ( BST ) yang merupakan warga nelayan pesisir pantai terdampak Covid-19 mengeluhkan pemotongan dana bantuan sosial tunai ( BST ) dari kementrian sosial RI yang di realisasikan untuk warga miskin akibat terdampak Covid-19.
Hal tersebut terjadi di Desa Grogol Kecamatan Gunung Jati Kabupaten Cirebon Jawa Barat.Di duga kuat bantuan berupa uang tunai dari kementrian sosial RI yang di salurkan untuk warga nelayan terdampak Covid-19, khususnya bagi para nelayan di duga telah di potong sebesar Rp. 300 ribu oleh oknum perangkat desa ( pamong desa ) desa Grogol kecamatan gunung jati belum lama ini di bulan Juli ( 18/07/2020 ) lalu.
Seperti halnya di ungkapkan oleh salah satu Keluarga Penerima Manfaat ( KPM ) dana BST yang tidak mau di sebutkan namanya, ia mengaku keberatan dan tidak ihklas atas pemotongan dana bantuan sosial tersebut sebesar Rp. 300 ribu yang di lakukan oleh perangkat desanya ungkapnya warga desa setempat kepada awak media ini kamis ( 30/07/2020 ) malam.
Di jelaskannya ia bersama warga miskin penerima bantuan BST lainnya sebanyak 59 KK, usai mengambil dana BST di kantor Pos Celangcang, kami bersama warga miskin lainnya satu persatu pada sore harinya di datangi oleh oknum ketua Rt dan dan Oknum pengurus nelayan yang berjumlah dua orang kemudian Oknum ketua RT setempat langsung meminta uang sebesar Rp. 300 ribu itu, yang katanya Uang hasil pemotongan itu nantinya untuk di bagikan kepada warga lainnya yang tidak mendapatkan bantuan, katanya.
Lanjut dia, kemarin itu waktu kami mengambil uang Bansos tersebut kami menerima dana Uang Tunai dari kantor Pos Celangcang sebesar Rp. 1.800 Jt. yang katanya dana Bansos itu di bagikan untuk warga nelayan dari Kementrian sosial RI, adapun besaran bantuan itu diberikan sekaligus selama Tiga bulan dari total bantuan perbulan sebesar Rp. 600 ribu yang langsung di bagikan tiga bulan, jadi totalnya sebesar Rp.1.800 Jt. per KPM, akan tetapi karena di potong Rp. 300 ribu jadi uang yang kami terima dari Bansos tersebut sisanya sebesar Rp. 1.500 Jt. Kami selaku warga miskin tentunya sangat keberatan, juga kami ini sebetulnya sangat tidak ihklas, karena alasan dari mereka oknum oknum perangkat desa tersebut tidak transparansi, sehingga kami merasa merasa tidak Ikhlas. Ungkapnya.
Yang katanya uang dari hasil potongan tersebut akan di bagikan kepada warga lain yang tidak mendapatkan bantuan, tapi faktanya pada saat rapat intern sebelum dana Bansos itu di informasikan kepada warga, kami bersama warga KPM lainnya di panggil ke Aula kantor balai desa Grogol dengan menggelar rapat khusus yang hanya di hadiri oleh oknum ketua RT, perangkat desa dan Oknum pendamping desa saja, sedangkan unsur lainnya tidak di ikut sertakan ini menjadi tanda tanya ?, walaupun akhirnya dalam rapat intern tersebut telah disepakati tetapi kami sendiri sebetulnya sangat keberatan,namun karena warga KPM yang lainnya menyetujui, jadi kami terpaksa ikutan saja apa kata mereka oknum perangkat desa yang mengadakan rapat tersebut, keluhnya saat di komfirmasi awak media di kediamannya.
Sementara itu, warga setempat lainnya yang menerima BST tersebut juga mengatakan hal yang sama, bahwa dari jumlah uang yang kami terima dari Bansos tersebut sebesar Rp. 1.800 jt melalui kantor pos, namun karena ada pemotongan sebesar Rp. 300 ribu jadi uang yang kami terima kini hanya sisa sebesar Rp. 1.500 jt, ujarnya.
Lanjut dia, dengan adanya pemotongan tersebut kami warga miskin nelayan Desa Grogol khususnya sangat mengeluhkan dan janggal di dalam hati (Tidak Ikhlas). karena pemotongan dana tersebut tidak jelas atau tidak secara resmi di peruntukan untuk apa, kami sebagai warga miskin terdampak Covid-19 yang katanya akan mendapatkan bantuan dana BST dari pemerintah RI itu tanpa ada pemotongan, akan tetapi ini malah di lapangan kami ini di pinta uang bansos tersebut oleh oknum ketua Rt dan oknum pengurus nelayan yang meminta uang tersebut sebesar Rp. 300 ribu. Dengan alasannya uang tersebut akan di bagikan kepada warga lain yang tidak dapat bantuan sosial tersebut, ungkapnya.
" Kami warga nelayan pesisir khususnya para nelayan desa Grogol tentunya hal ini sangat memberatkan bagi kami selaku warga miskin terdampak Covid-19, dengan adanya pemotongan dana tersebut yang nominalnya yang cukup besar bagi kami selaku warga miskin, apalagi di tambah saat sekarang ini kami sebagai nelayan penghasilannya sangat menurun drastis sejak mewabahnya virus Covid-19, belum lagi akhir-akhir ini cuaca di laut tidak menentu karena harga hasil tangkapan ikan menurun yang tadinya bisa mencapai 70 persen sekarang menjadi 30 persen, tapi kami sendiri selaku nelayan desa grogol sangat Ucapkan trimksh dan Alkhamdulillah kepada Pemerintah RI, karena adanya kebijakan dari pemerintah RI sehingga kami nelayan ini mendapat bantuan tersebut, sehingga dari bantuan tersebut kami sangat terbantu sehingga ini dapat meringankan bebah kebutuhan sehari-hari keluarga kami warga Miskin, akan tetapi kami menyayangkan atas sikap oknum oknum di lapangannya tetap juga ada oknum-oknum tersebut secara terang-terangan meminta uang kepada warga miskin Penerima Manfaat dari bantuan BST tersebut," keluhnya.
Ditambahkanya, ini Jelas kami tidak ihklas atas pemotongan dana bantuan tersebut, dan sudah jelas bahwa oknum-oknum itu di duga melakukan pungutan liar ( Pungli ), tutupnya dengan nada rendah.
Secara terpisah, kepala Desa Grogol kecamatan gunung jati, Kabupaten Cirebon, Kades grogol Ibu Ely saat ditemui awak media ini masih belum bisa dikonfirmasi, padahal awak media ini sudah tiga kali mendatangi kantor balai desa juga dikediamanya, akan tetapi belum bisa dikonfirmasi, hingga berita ini ditulis, selasa (04/08/2020).
Laporan : Surono. Wadira