Cianjur, Jurnal News Site- Belum lama ini Faster Universitas Surya Kancana (Unsur) mengadakan webinar sosialisasi penanggulangan sampah dengan tema 'Sulap Sampah Jadi Sumber Rupiah'.
Pelaksanaan kegiatan yang mendapatkan dukungan dari Kemen LHK RI ini berlangsung secara daring pada hari Minggu (16/09), mulai sejak pukul 10.00 WIB sampai denga 12.00 WIB.
Adapun yang menjadi pematerinya adalah Rizal Paris Dosen Fakultas Sains Terapan Unsur, Andy Kalpataru perintis lingkungan hidup dan Novrizal Tahar dari Kemntrian Lingkungan Hidup.
Saat ditemui diruang kerjanya di Fakultas Sains Terapan Unsur, Rizal Paris, menyampaikan, pada saat webinar kemarin adalah pembahasan seputar permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh adanya penumpukan sampah.
"Sampah bersumber dari meningkatnya jumlah penduduk sehingga semakin banyak sampah, kesadaran masyarakat yang kurang peka terhadap sampah yang berdampak pada kesehatan dan lingkungan. Nah, dampak sampah pada kesehatan dan lingkungan diketahui sampah sebagai tempat berkembangnya vektor penyakit seperti nyamuk, lalat dan tikus, tempat berkembang biaknya kuman penyakit dan pencemar lingkungan seperti air, tanah dan udara," kata Rizal Paris, Jum'at (18/09) sekira pukul 14.00 WIB.
Pengertian sampah menurut Rizal Paris, sampah merupakan sisa-sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam sendiri. Untuk sampah sendiri bisa berbentuk padat berupa zat organik atau dapat terurai dan unorganik yang bersifat tidak terurai serta dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
"Jenis sampah mudah terurai adalah sampah yang dihasilkan dari bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat degradable, contohnya sampah rumah tangga atau sampah pasar tradisional seperti sisa-sisa makanan, sayuran, buah-buahan, ranting dan atau yang lainnya. Sementara sampah unorganik/tidak mudah terurai adalah sampah yang dihasilkan dari sampah non hayati, baik berupa sintetik maupun hasil teknologi pengolahan bahan tambang, seperti botol plastik, botol gelas, tas plastik, kaleng dan atau yang lainnya," jelasnya.
Selain daripada itu, Rizal juga menerangkan bahwa paradigma lama berawal dari manusia, pewadahan, pengumpulan dan pemindahan, pengangkutan hingga pembuangan akhir. Sementara paradigma konvensional pewadahan adalah pengumpulan, pemindahan, pengangkutan baru ke tempat pembuangan akhir. Dan Paradigma barunya dilakukan pemilihan sampah kemudian pemanfaatan sampah di rumah tangga, pengomposan, daur ulang kertas atau penggunaan kembali gelas/kaca dan pelastik. Lalu sisaannya dikumpulkan, diangkut ke TPA pemusnahannya sendiri bisa dimanfaatkan sebagai kompos, daur ulang kertas, penjualan pelastik kembali gelas dan pelastik.
Menyikapi hal itu Rizal memiliki tiga metode 3R, yaitu Reduce (mengurangi sampah), Reuse (pemanfaatan ulang) dan Recycle (daur ulang).
Reduce : mengurangi sampah dan menghemat pemakaian barang, misalnya saat belanja dikantin jika memungkinkan tidak memakai tas kresek atau ke pasar membawa tas sendiri untuk membawa belanjaan.
Reuse : Upaya untuk menggunakan kembali sampah kembali secara langsung, seperti menggunakan botol isi ulang, memanfaatkan balik kertas yang masih kosong, memanfaatkan kertas bekas untuk dijadikan amplop, memanfaatkan kaleng atau botol bekas sebagai pot bunga, dan memanfaatkan sisa makanan atau sayuran untuk makanan hewan ternak/ikan ataupun tanaman dibuat pupuk cair atau dipadatkan.
Recycle : Mendaur ulang barang yang bisa didaur, seperti mengolah sampah menjadi daur ulang atau kerajinan, mengolah bungkus bekas menjadi aneka kerajinan, mengolah gabus styrofoam menjadi batako atau pot bunga dan mengolah sampah organik menjadi pupuk (kompos, bokashi atau pupuk organik cair).
"Nah, sebagai solusinya agar sampah plastik tidak bertambah maka harus dilakukan peminimalisiran penggunaan sampah plastik, menggunakan tas yang bisa digunakan berkali-kali bawa dari rumah saat berbelanja, mengubahnya kembali ke dalam butiran plastik, mengganti bungkus makanan dengan bahan organik, kemudian didaur ulang atau dibuat kerajinan tangan, dan atau dilakukan pembakaran," terangnya.
Terakhir kata Rizal, adapun kendala yang mungkin dihadapi membutuhkan orang yang ahli dan kreatif, kurangnya peminat barang daur ulang dibanding barang biasa, kurangnya perhatian dari masyarakat dan pemerintah dan adanya pesaing/pedagang yang sama dan kalah menarik dengan produk yang sejenis.
"Kesimpulannya adalah dengan adanya pembuatan dan daur ulang limbah plastik, dapat mengasah kreativitas, menghasilkan tambahan rupiah, mcmberikan lapangan pekerjaan dan mengurangi angka pengangguran. Produk tersebut juga dapat menjadikan kerajinan tangan khas suatu daerah, apabila bisnis pembuatan barang dari limbah plastik sudah berkembang. Dan sepatutnya pemerintah melirik dengan memberikan penghargaan dan memberikan bantuan penghargaan dan bagi orang-orang yang membantu sedikitnya mengatasi permasalahan lingkungan," tandasnya.
Sementara itu yang kebetulan berada dilokasi kampus unsur H. Andy Kalpataru Sya'ban sebagai narasumber menambahkan, webinar sampah menjadi rupiah kemarin itu terselenggara berkat bantuan/dukungan dari Kemen LHK.
"Kemen LHK sudah sering membantu para perintis lingkungan. Nah, sebaiknya diltunjang oleh Kemen Industri dan Kemen Ekonomi Kreatif untuk disempurnakan produknya, selanjutnya dibina untuk dipasarkan oleh Kemen UMKM agar bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat," tambahnya.