Catatan Dr. Suriyanto Pd, SH, MH, M.Kn
Jakarta News Site
Dalam kehidupan sosial, dibutuhkan sosok pemimpin yang memiliki kemampuan dalam mengatur, mengelola, mengendalikan, dan mengarahkan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Pemimpin harus berhikmat dan bijaksana dalam menentukan segala kebijakan, apalagi yang menyangkut kepentingan rakyat.
Berhikmat berarti melaksanakan firman Tuhan secara utuh, baik dan benar dalam ketaatan kepada-Nya. Orang berhikmat, pastilah orang beriman. Orang beriman yang sungguh-sungguh hidup baik dan benar di hadapan Tuhan, adalah orang berhikmat.
Sikap bijaksana adalah sikap tepat dalam menyikapi setiap keadaan dan peristiwa sehingga memancarlah keadilan, ketawadluan dan kebeningan hati.
Namun yang terjadi saat ini, berhikmat dan bijaksana seorang Pemimpin itu seolah hilang seketika di tahun politik jelang pesta demokrasi Indonesia di 2023-2024, hal ini selayaknya jadi perhatian kita semua terutama kaum muda dan masyrakat daerah.
Apa yang terjadi saat ini cukuplah membuat suatu kegaduhan dengan adanya suara-suara nyaring di media sosial dan berita lainya. Bahwa demi keberlangsungan pembangunan dan menjaga negara melanggar konstitusi pun tidak jadi masalah.
Apa yang terjadi di negeri kita saat ini sangatlah mencederai demokrasi dan cita-cita repormasi akibat kehihikmatan dan kebijaksanaan Pemimpin itu sirna karena nafsu kekuasaan yang tak dapat ditinggalkan dengan berbagai alasan.
Negeri yang besar ini, membutuhkan seorang figur pemimpin yang berjiwa negarawan, yang mampu menghalau kepentingan-kepentingan hanya untuk melanggengkan kekuasaan. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang mau, mampu, bertanggung jawab, dan ikhlas berjuang untuk menjulangkan martabat rakyat dan marwah negeri. Dia tak akan berpaling tadah dari sifat mulia itu.
Alhasil, pemimpin dengan kualitas utama itulah yang menjadi idola rakyat yang sesungguhnya. Hati rakyat tak dapat berpaling untuk tertawan kepadanya. Dia tak memerlukan pencitraan yang berlebihan, apa lagi serba dibuat-buat, sehingga terlalu nyata kikuk dan kakunya
Rasulullah SAW bersabda, “Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tetapi begitu turun dari mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk daripada bangkai,” (H.R. Ath-Thabrani).
Petunjuk dari Rasulullah di atas secara tegas menyebutkan pemimpin haruslah arif dan bijaksana dalam mengelola negeri. Namun, kita pun diingatkan untuk berhati-hati agar tak terjerat oleh tipu daya yang dibungkus dengan kebijaksanaan palsu, pura-pura bijak bestari, padahal peringatan Allah pun diingkari. Kita memerlukan pemimpin sejati, pemimpin yang bijak bestari.
Mari kita tentukan nasib bangsa di pemilu 2024 dengan memilih pemimpin yang dapat membawa kebenaran dan kearifan terhadap bangsanya tanpa mencederai demokrasi dan cita-cita Reformasi.
*) Praktisi Hukum